Penulis: Yusuf Budi Prasetya Santosa dan Thalut Abdul Halim Hafiz

Jumlah Hlm: 122

Harga: 60.000

Sinopsis:

Pada 12 Maret 1966 Soeharto dilantik sebagai Pejabat Presiden Republik Indonesia oleh MPRS. Momen itu sekaligus menandakan senjakala rezim Orde Lama dan penanda terbitnya rezim Orde Baru. Proses naiknya Soeharto sebagai Pejabat Presiden menggantikan Soekarno yang saat itu dianggap bertanggung jawab atas kekacauan politik yang terjadi pada akhir tahun 1965, pasca peristiwa G30S memang terbilang cepat. Bagaimana tidak, Soeharto bukan merupakan tokoh dan perwira militer yang aktif dalam politik praktis pada saat itu. Selama karir militernya, sebagian waktunya dihabiskan di medan pertempuran dan sebagai pendidik para calon perwira TNI di SESKOAD.
Selama periode Demokrasi Terpimpin (1959-1965) terjadi pergulatan politik nasional yang melibatkan tiga kekuatan politik antara PKI, TNI-AD dan Presiden Soekarno. Pada kurun waktu tersebut Soeharto tidak menampakan dirinya dalam panggung politik nasional yang memanas. Di periode tersebut kemunculan Soeharto di panggung nasional hanya terjadi ketika dirinya memimpin operasi pembebasan Irian Barat, sebagai Panglima Komando Mandala. Setelah tugasnya selesai, sejak 1963 sampai dengan Oktober 1965, Soeharto menjabat sebagai Panglima KOSTRAD dan lebih menghabiskan waktunya untuk bekerja di belakang meja.
Isi buku ini ingin mengulas bagaimana manuver politik yang dilakukan oleh Letjen Soeharto sehingga mampu membawa dirinya ke kursi Presiden Republik Indonesia, sejak Oktober 1965 sampai dengan Maret 1967. Buku ini menarik untuk dibaca, sebab juga mengulas kehidupan Soeharto sebagai seorang anggota militer yang meniti karirnya dari level terbawah sampai menjadi perwira tinggi hingga Pejabat Presiden pada Maret 1967. Buku ini juga mencoba mengulas peranan Letjen Soeharto dalam periode transisi politik dari akhir periode Demokrasi Terpimpin hingga lahirnya Orde Baru, bagaimana dirinya mengkonsolidasikan kekuatan di sekitarnya.