Penulis: Toni Prasetyo
Jumlah Hlm: 176
Harga: 65.000
Ukuran: 15×23
Sinopsis:
Selama puluhan tahun, Wonogiri dikenal sebagai daerah kering dan miskin sumber daya. Namun, riset dalam Menembus Kekeringan membalik citra itu sepenuhnya. Berdasarkan arsip kolonial Belanda, laporan perdagangan, dan peta-peta lama, Toni Prasetyo mengungkap bahwa Wonogiri pernah menjadi salah satu penghasil singkong terbesar di Jawa, dengan ekspor mencapai 20.000 ton per tahun ke Tiongkok dan Jepang pada 1925. Selain itu, wilayah ini juga mengembangkan tanaman agave untuk industri serat, produksi garam rakyat, serta menyimpan indikasi tambang mineral di Tirtomoyo yang belum tergarap.
Lebih dari sekadar catatan ekonomi, buku ini menelusuri bagaimana masyarakat Wonogiri mampu bertahan di tengah keterbatasan alam melalui inovasi pertanian, jaringan perdagangan lokal, dan solidaritas sosial. Dari pembangunan jalur trem Solo–Wonogiri–Baturetno, aktivitas firma dagang Tionghoa, hingga strategi adaptasi petani terhadap kekeringan, semuanya menggambarkan potensi besar yang terpendam di balik tanah kapur dan panas yang selama ini disalahpahami.
Menembus Kekerin
gan bukan hanya sejarah tentang penderitaan, melainkan kisah tentang ketangguhan dan potensi. Buku ini membuktikan bahwa Wonogiri bukan sekadar “tanah gersang”, melainkan wilayah dengan daya hidup, kreativitas ekonomi, dan sumber daya yang layak mendapat tempat penting dalam sejarah Jawa dan Indonesia.