Penulis: Manda Firmansyah

Orang-orang Armenia – dari Pegunungan Kaukasus di antara batas-batas geografi semu Benua Eropa dan Asia – terkenal sangat serius dalam berbisnis. Diaspora orang-orang Armenia ke Kepulauan Nusantara dapat diklasifikasikan dalam empat periode. Untuk periode pertama berlangsung antara tahun 1650-an sampai 1750-an. Sedangkan periode kedua berlangsung selama tahun 1750-an sampai 1800-an. Lalu, periode ketiga berlangsung sepanjang abad ke-19. Terakhir, periode keempat berawal sejak abad ke-20 – yang ditandai dengan orang-orang Armenia dari Batavia, Semarang, Pekalongan, Tegal, Cirebon, Banyumas, dan Jepara bermigrasi ke Surabaya. Dampaknya, komunitas Armenia menempati urutan kedua populasi terbanyak Eropa non-Belanda di Surabaya.
Hotel Oranje – sebagai salah satu – jejak orang-orang Armenia di Surabaya menjadi saksi bisu berbagai peristiwa penting dalam sejarah Indonesia. Penjajah Jepang menyulap Hotel Oranje menjadi Hotel Yamato – yang menjadi tempat insiden perobekan bendera Belanda menjadi merah putih oleh pemuda Surabaya. Bahkan, dua bersaudara berdarah Armenia-British, John Edgar dan Freedy Edgar disebut pendiri klub sepak bola pertama (Football Club Victoria) di Indonesia. John Edgar pun dianggap sebagai perintis pertandingan sepak bola di Hindia Belanda.